Sayalah Ainul Mardiyah," balas wanita itu.ĭengan tidak sabar pemuda ini ingin sekali menyentuh dan menggapainya. "Apakah kamu Ainul Mardiyah?" tanya pemuda itu dengan penuh takjub. Sampailah ia ke wanita terakhir yang sangat anggun dan cantik parasnya.
Setiap melewati satu pagar, wanita berikutnya lebih cantik dari sebelumnya. Dia melewati beberapa lapis pagar wanita yang sangat cantik. Dalam mimpinya ia bertemu dengan wanita cantik di surga. Dalam istirahat itu seorang sahabat bermimpi. Semua sahabat diberi waktu untuk istirahat (qailula atau tidur sunnah).
Nabi menegaskan bahwa yang akan mendapatkannya hanya yang syahid. Untuk membangkitkan ghirah para sahabatnya Nabi menyampaikan bahwa kelak bagi yang syahid (meninggal dalam medan jihad) akan mendapatkan bidadari bermata jeli, Ainul Mardiyah. Saat itu, suasana dalam persiapan akan berjihad menghadapi musuh. Pagi menjelang siang hari pada bulan Ramadhan, Rasulullah memberi semangat kepada para sahabatnya untuk berperang. Pernah dengar kisah seorang pemuda yang bermimpi bertemu bidadari? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, seorang sahabat Nabi yang tertidur menjelang shalat dzuhur (qailula) dan bermimpi bertemu wanita paling cantik bernama Ainul Mardiyah. Kita boleh berpura-pura tidak tahu, kita boleh mengingkarinya, tapi ingat Allah Maha Melihat. Tanpa sadar, sebenarnya banyak yang membutuhkan uluran tangan kita. Ketika kita mempunyai kesempatan untuk berbuat kebaikan, dan itu peluang, kenapa tidak disegerakan?Ĭoba buka mata telinga, lihat orang-orang di sekitar kita. Maka siapkanlah ruang yang lebih besar untuk aksi nyata dari rasa kebersyukuran kita. Karena syukur ternyata tak cukup dengan hanya berkata "alhamdulillah", tapi kita buktikan dengan kesungguhan melalui tindakan. Salah seorang pebisnis handal pernah mengatakan bahwa, "Manusia yang paling pandai bersyukur adalah ia yang memaksimalkan potensi, kemampuan, kekuatan dan hidayah yang telah Allah beri."Ĭoba tanyai diri, sudahkah kita benar-benar bersyukur? Apakah iya, kita sudah memaksimalkan waktu dan potensi yang kita punya? Apakah iya, kita sudah eksekusi hidayah yang kita terima? Namun, bagaimana seyogiyanya kita dalam bersyukur? Apa wujud atau bukti kalau kita sudah bisa dikatakan menjadi seorang hamba yang bersyukur? Mungkin setiap orang berbeda - beda tingkat kebersyukurannya dan mungkin punya cara tersendiri mengekspresikannya. Seperti nikmat kesempatan hidup, nikmat iman, nikmat kesehatan, nikmat persaudaraan yang akur, dan masih banyak hal yang mesti kita syukuri.
Masihkah kita mengingat janji-Nya bahwa jika kita senantiasa dalam kebersyukuran, maka akan Dia tambahkan kenikmatan.ĭalam hidup ini ada begitu banyak hal yang patut kita syukuri, dari hal remeh sampai yang tak remeh.